HIDUP
Aku tak tahu
Harus ke mana
Aku melangkah
Sampai di mana langkahku kan terhenti
Penuh dengan mimpi
Yang membuat semua terasa indah
Penuh dengan sesal
Yang membuat semua terasa buruk
Aku sendiri… Berjalan di belantara kehidupan
Menapaki ilusi jiwaku merenda impian kosong yang tak kunjung nyata
Menanti kereta masa depan menjemput asaku,
Asa yang tak pernah kutemui titik cahayanya
Yang dapat menerangi liangku esok
Aku sendiri…. Berdiri tegak di tengah kekerasan
Melapangkan dada di tengah kelemahanku
Aku takut jika ketakutan makin membunuhku Perlahan…Namun pasti ! Semua terlihat jelas ! Bagaimana kehancuran akan datang padaku
Menghampiri hidupku
Aku sendiri… Di sudut ruang gelap merengkuh diri dalam kegelapan
Menutup diri dalam tangisan derita
Tanpa seorang pun tahu !
bagaimana aku harus kuat melawan semuanya Dengan kesendirian ?
Aku sendiri… terpuruk…tersungkur…lalu terjatuh…
Hei…! KAU….!!
Padahal Kau tahu apa yang aku rasakan
Tapi, mengapa kehidupan makin pahit kurasa?
Kehidupan ini lebih pahit dari empedu
Entah empedu manusia Atau binatang sekalipun !
Tak akan ada yang menyamainya
Masihkah otak ciptaan-Mu ini dapat membantuku ? Bah !
Berfikir normalpun aku tak mampu
Aku terlalu hancur dengan derita yang datang bertubi-tubi
Katakan Padaku ! Apa yang sepatutnya aku lakukan ? Meratapkah ? Menangiskah ? Atau hanya diam saja ? Hanya untuk menunggu Malaikat Izroil-Mu Mencabut nyawaku dengan kasar ?
Jawablah ! Aku mohon…!
Aku tahu tidak sepatutnya aku menanyakan hal ini pada-Mu
Pada siapa lagi ?
Apakah harus pada matahari-Mu ? Hah !
Dia saja tak mampu memeprtahankan diri Pada saat senja menariknya tenggelam
Apakah harus pada Rembulan-Mu ? Sama saja !
Dia tak akan mampu melewan fajar
Atau hruskah pada selain-Mu ? Oh, tidak !!!
Hanya Kau yang aku miliki
Hanya Kau yang dapat membantuku
Jika aku boleh memilih…
Bolehkah aku tidur dengan damai dalam peluk-Mu ?
Tak sampai ku dalam keheningan senja
Yang sempat kulukiskan jiwaku untukmu
Dalam kepenatan yang kucoba untuk membuangnya
Putih hitam kurasakan semuanya
Dititik embun kepedihan
Embun yang selalu menggenangku
Menggenang diatas pikiranku
Cahaya yang membutakan mataku
Mataku hatiku
Dan jiwaku ini
Aku ini orang yang dibuang
Yang tak sempat terbangun dan tak tersadarkan diri
Kenyataan terlalu menyakitkan
Asa dan harapanku tak elak kudapatkan
Hanya hingar-bingar dunia yang terdengar
Mereka itu gila
Mereka tak dapat melihatku yang terperosok jatuh
Didalam arus derasnya kehinaan
Aku merasa sendirian…………
walaupun banyak orang disekitarku
aku merasa terpaku dipojokkan………….
sekalipun aku berada ditengah-tengah keramaian
aku merasa dilingkupi kensunyian………..
ketika suara canda dan tawa membahana ditelingaku
aku merasa tidak diperdulikan………..
bahkan pada saat semua mata tertuju padaku
aku merasa tak mampu berkata-kata………….
tepat pada saat begitu banyak kalimat yang meluncur dari bibirku
aku terjebak ditempat yang teramat asing bagiku
meskipun aku telah berada disana untuk waktu yang lama
berbagi dengan mereka yang tak pernah tahu
bahkan tidak pernah mau tahu
siapa diriku yang sebenarnya………………….?
apa sesungguhnya yang aku cari………………..?
bagaimana sejatinya aku ingin diperlakukan………………………?
Titik-titik air membasahi seluruh luka
Sakit….. sakit sekali ……..
Tubuh ……………
Kehilangan rasa
Tubuh …………….
Kehilangan cahaya
Tubuh ………………..
Kehilangan pijakan
Tubuh ………………
Kehilangan sandaran
Duka, luka, lara.
Mengiringi air hujan ke sungai
Terus ke laut dan menghilang
Tubuh ingin ke dunia dongeng
Dunia yang tak pernah lara
Dunia yang tak kenal tangis
Thursday, July 10, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Halo, salam kenal ya
ReplyDelete