Kalau menurut saya sih begitu. Dari pengalaman saya kuliah membuktikan bahwa kunci sukses kita kuliah sebenarnya adalah komitmen. Bukan dia yang pintar dengan IQ diatas rata-rata yang sukses dan lulus dengan cepat, melainkan dia yang memiliki komitmen terhadap dirinya sendiri. Dari pengalaman saya sewaktu kuliah S1, saya bukanlah mahasiswa yang sangat pintar walaupun dulu semasa sekolah saya pernah mendapat juara 1, 2 atau 3 tapi saya juga pernah mendapat peringkat 39 alias 2 dari belakang hehe..
Semasa kuliah S1 saya sempat iri dengan teman-teman saya yang dapat kuliah di perguruan tinggi negeri maupun swasta yang mereka inginkan, tentunya dengan dukungan materi orang tuanya. Memang nasib saya saat itu tidak seberuntung teman-teman karena perusahaan orang tua saya jatuh bangkrut dan mereka bercerai. Saat itu tahun 2007 ekonomi keluarga saya benar-benar sedang sulit dengan berbagai permasalahan yang tersisa. Senyum diwajah kami sekeluarga pun rasanya hampir tak pernah terlihat.
Miris sekali yah, saya yang dulunya digadang-gadangkan orang tua untuk kuliah di luar negeri malah terancam untuk tidak bisa kuliah. Namun, berkat tekad dan niat saya yang bulat dan saya tidak mau kalah dengan teman-teman saya. Akhirnya saya mendaftarkan diri di perguruan tinggi swasta yang tidak terlalu terkenal pada saat itu dan saya mengambil kelas sabtu-minggu karena saya harus bekerja untuk bisa bertahan hidup di ibu kota yang ditambah beban membiayai kuliah saya sendiri. Saat itu orang tua saya tidak tahu sama sekali karena saya pun masih ragu apakah saya bisa dan saya memutuskan untuk BISA. Untungnya, sisa-sisa kejayaan mama saya masih ada berupa relasi yang baik dan paham betul kondisi keluarga kami saat itu sehingga dengan mudah saya mendapat pekerjaan (Selalu ada kemudahan dibalik kesulitan, ya kan?). Hingga suatu pagi tepat pada hari pertama saya bekerja, mama bangun pagi-pagi sekali dan menyiapkan sarapan untuk saya. Dan kalian tahu? mama saya sambil terisak mengantarkan saya sampai pintu depan rumah sambil berkata "maafin mama ya" dan sontak saja saya ikut menangis. sepanjang perjalanan menuju kantor saya terus berpikir bagaimana cara supaya saya bisa menghapus air mata itu dengan sebuah senyuman. Kemudian saya mulai berpikir kepada KULIAH, ya.. inilah salah satu caranya menurut saya saat itu. Semakin bertambah lah tekat saya untuk kuliah pada tahun itu juga. Saat itu saya berpikir "Tak ada yang tak mungkin, jika bersungguh-sungguh pasti bisa".
Tepat setelah 5 bulan bekerja saya mendaftarkan diri pada perguruan tinggi swasta di Jakarta. Pada awalnya saya ingin mengambil jurusan hukum dengan alasan apa yang telah menimpa keluarga saya dikarenakan kami buta hukum. Tapi setelah sesi wawancara saya memutuskan mengambil jurusan public relation. Mungkin karena basicly saya suka bicara, gampang bergaul dan berani tampil menjadi alasan saya memilih ini. Tepatnya November 2007 saya mendaftarkan diri pada Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, alasan saya memilih kampus ini adalah karena dekat dari kantor dan membuka program perkuliahan sabtu-minggu.
Perkuliahan perdana dimulai pada Desember 2007 dan saya tetap merahasiakan ini dari keluarga saya. Berbagai cobaan muncul, dimulai dari belum terbiasa membagi waktu kerja dan kuliah sampai pada gaji saya yang masih sangat kecil saat itu. YAP... Perjuangan dimulai, saya mulai mendisiplinkan diri saya untuk bisa melewati ini semua dengan tujuan satu, yaitu senyuman mama. Betapa dahsyatnya kekuatan "demi senyuman mama" itu membuat saya memegang teguh komitmen saya untuk menyelesaikan studi ini.
Next.. Lanjut di KULIAH dan KOMITMEN Part II ya